Senin, 14 Maret 2011

Makalah Batu Bara

PENDAHULUAN
Pada masa mendatang, produksi batubara Indonesia diperkirakan akan terus meningkat; tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (domestik), tetapi juga untuk memenuhi permintaan luar negeri (ekspor). Hal ini mengingat sumber daya batubara Indonesia yang masih melimpah, di lain pihak harga BBM yang tetap tinggi, menuntut industri yang selama ini berbahan bakar minyak untuk beralih menggunakan batubara. Adanya rencana pembangunan PLTU baru di dalam dan luar Pulau Jawa dengan total kapasitas 10.000 MW, meningkatnya produksi semen setiap tahun, dan semakin berkembangnya industri-industri lain seperti industri kertas (pulp) dan industri tekstil merupakan indikasi permintaan dalam negeri akan semakin meningkat. Demikian pula halnya dengan permintaan batubara dari negara-negara pengimpor mengakibatkan produksi akan semakin meningkat pula. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan Kebijakan Energi Nasional (KEN) melalui PP
No.5 Tahun 2006 sebagai pembaruan Kebijaksanaan Umum Bidang Energi (KUBE) tahun 1998. KEN mempunyai tujuan utama untuk menciptakan keamanan pasokan energi nasional secara berkelanjutan dan pemanfaatan energi secara efisien, serta terwujudnya bauran energi (energy mix) yang optimal pada tahun 2025. Untuk itu ketergantungan terhadap satu jenis sumber energi seperti BBM harus dikurangi dengan memanfaatkan sumber energi alternatif di antaranya batubara. Untuk mendukung pencapaian sasaran bauran energi nasional yang dicanangkan pemerintah, salah satunya adalah melakukan kajian batubara secara nasional untuk mengetahui kondisi sumberdaya, pengusahaan, dan pemanfaatan batubara, serta permasalahannya, yang dapat digunakan untuk membuat langkah-langkah yang diperlukan. Dan untuk mendukung kajian tersebut perlu melakukan terlebih dahulu membangun data base batubara nasional dari hasil pengumpulan data baik sekunder maupun primer.
Batubara merupakan material atau bahan yang mudah terbakar. Batubara merupakan batuan organik (tersusun pada umurnnya oleh karbon, hidrogen dan oksigen) yang terendapkan, terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang telah tergabung antara lapisan batuan yang lain dan membentuk lapisan batubara (coal seam). Endapan ini terubah oleh efek kombinasi dari aksi pembusukan, tekanan dan panas dalarn kurun waktu geologi.
Pembentukan batubara terjadi dalam beberapa fase geologi yang berbeda-beda, yaitu:
1) Proses Pembusukan (microbial)
a. Berawal dari pembentukan gambut.
b. Pertumbuhan dan pembusukan yang berulang-ulang di kubangan, rawa-rawa.
c. Mempunyai lingkungan yang berpotensi dalam pertumbuhan tanaman yang lebat.
d. Mempunyai kondisi basah dan asam yang mencegah pembusukan bakteri secara cepat dengan mengeluarkan oksigen dari material tanaman yang membusuk. Berada pada daerah pasang atau longsor di mana material yang membusuk dapat tertutupi oleh sedimen dan hasil erosi.
2) Proses Biokimia
a. Merupakan awal dari perubahan gambut menjadi batubara.
b. Penutupan lapisan gambut oleh tumpukan sedimen. Pembentukan gambut biasanya terhenti oleh satu atau dua kejadian, pasang surut Iaut secara cepat
c. Pada kejadian surut menghasilkan gambut yang tertutupi oleh sedimen yang berasal dari longsoran ternpat yang lebih tinggi, Sedimen tersebut dapat berupa batupasir dan batulempung.
d. Pada kejadian air pasang, pengendapan dari sedimen laut pada umumnya membentuk lapisan batugamping di sekiiar lapisan batubara
3) Proses Geokimia
a. Seiring dengan bertambah dalamnya lapisan sedimen terendapkan, gambut menjadi semakin padat, mengubah struktur dalam sisa-sisa tumbuhan
b. Temperatur dan tekanan yang tinggi membentuk batubara. Identifikasi tingkat pembatubaraan menunjukkan jenis batubara (derajat kematangan). Faktor yang mempengaruhi pembatubaraan :
1. Temperatur (penyebab utama)
2. Waktu
3. Intrusi batuan beku
4. Komposisi tanaman
5. Tekanan
6. Lingkungan
7. Perubahan struktur

TINGKATAN BATUBARA
Batubara adalah sisa ubahan dari tumbuhan purba yang aslinya tertimbun sebagai material tanaman di rawa-rawa dan gambut berlumpur (peat bogs). Timbunan batulempung dan endapan yang lain, bersama-sama dengan pergerakan dalam lempeng bumi menyebabkan rawa-rawa dan gambut ini terkubur dalam kedalaman yang besar. Dengan terkuburnya bersama endapan yang lain, material tanaman menjadi hal pokok seiring dengan tingginya suhu serta tekanan, menjadikan perubahan tisik dan kimia pada tumbuh-tumbuhan tersebut yang berubah menjadi batubara. Awalnya gambut, tanda dari batubara, terubah menjadi lignit yang merupakan tipe batubara dengan kematangan organik yang rendah (low organic maturity).
Setelah beberapa juta. tahun, efek yang berkelanjutan dari suhu dan tekanan menghasilkan perubahan tambahan dalam lignit, secara cepat meninggikan tingkat kematangan dan berubah menjadi tingkatan batubara sub-bituminus. Selama proses ini berlanjut, perubahan kimia dan fisika terjadi lebih jauh sampai batubara menjadi lebih keras dan semakin matang. Dalam hal ini, bisa diklasifikasikan sebagai bituminus.
Didalam kondisi yang baik, peningkatun yang cepat dalam pematangan organik berlanjut dan berakhir untuk membentuk antrasit. Tingkatan dalam metamorphism atau coalification (pembatubaraan) dilalui batubara dalam kematangan dan semak gambut menjadi antrasit.
Perbedaan antara peringkat batubara (coal rank) dan kualitas batubara (ccat grade) adalah tingkatan batubara menunjukkan tingkat dari pembatubaraan (degree of coalification), sedangkan kualitas batubara menunjukan kuantitas dari pengotor yang terdapat dalam batubara.

UNSUR POKOK BATUBARA
Maseral merupakan bahan dasar pembentuk batubara, tetapi maseral ini bukanlah merupakan bongkah-bongkah terpisah, namun berasosiasi dengan maseral-maseral lain dalam perbandingan yang bervariasi. Asosiasi maseral ini secara megaskopis disebut litotipe.
Di dalam suatu lapisan batubara, litotipe muncul sebagai pita-pita tipis dengan ketebalan dari beberapa mm sampai dengan beberapa cm. Litotipe ini dapat bervariasi, baik secara vertikal maupun secara horisontal. Prosentasi litotipe dalam suatu lapisan batubara tergantung dari jenis tumbuhan dan kondisi lingkungan pengendapan pada saat pembentukan batubara tersebut.
Pengelompokan secara megaskopisnya, berdasarkan kepada bentuk, ukuran, kekerasan, kilap, struktur dalam dan asosiasi mineralnya. Ada 5 macam litotipe (Diessel, 1986) yang umum dijumpai dalam suatu lapisan batubara yaitu :
1. Batubara Dull (D)
2. Batubara Dull Banded (DB)
3. Batubara Banded (BD)
4. Batubara Bright Banded (BB)
5. Batubara Brieht (B)

SUMBERDAYA
Jumlah sumber daya batubara Indonesia tahun 2005 berdasarkan perhitungan Pusat Sumber Daya Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral adalah sebesar 61,366 miliar ton. Sumber daya batubara tersebut tersebar di 19 propinsi.

KEBIJAKAN
Dalam kebijakan bauran energi nasional 2025, pemakaian batubara diharapkan mencapai 33% Pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang digunakan sebagai landasan di dalam kebijakan pengusahaan batubara, yaitu :
1) Kepmen ESDM No.1128 Tahun 2004, tentang Kebijakan Batubara Nasional.
2) Perpres No.5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.
3) Inpres No.2 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Batubara yang Dicairkan Sebagai Bahan Bakar Lain.. Di dalam sasaran bauran energi nasional tersebut, batubara menempati urutan pertama di dalam penggunaan energi. Hal tersebut dikarenakan oleh :
a) Sumber daya batubara cukup melimpah, yaitu 61,3 miliar ton, dengan cadangan 6,7 miliar ton (Pusat Sumber Daya Geologi, 2005).
b) Dapat digunakan langsung dalam bentuk padat, atau dikonversi menjadi gas (gasifikasi) dan cair (pencairan).
c) Harga batubara kompetitif dibandingkan energi lain.
d) Teknologi pemanfaatan batubara yang ramah lingkungan telah berkembang pesat, yang dikenal sebagai Teknologi Batubara Bersih (Clean Coal Technology).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar